Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 26 April 2021

Menemukan Udinus

Suatu waktu di tahun 2017. Aku lulus dari sekolah menengah atas kebanggaanku. Ada beberapa temanku yang sudah bahagia diterima di sekolah kedinasan, universitas negeri di luar dan dalam kota dan ada lagi temanku yang merajut masa depannya pada universitas swasta. Ada juga yang memutuskan untuk bekerja sambil kuliah malam untuk memenuhi biayanya sendiri. Hebat.


Aku sendiri masih bingung ingin melanjutkan kuliah dimana. Orang tua menyerahkan semuanya padaku. Mereka tidak memiliki ambisi kemanakah anaknya harus menimba ilmu. Beragam cara aku lakukan untuk menempati kursi di di perguruan tinggi negeri. Meski aku tidak lolos jalur SNMPTN, aku mencoba peruntungan melalui SBMPTN. Saat itu aku mengambil SBMPTN Ilmu Pengetahuan Campuran. Dimana aku mendaftar Program Studi Matematika murni dan Sastra Inggris di Universitas Negeri Semarang.

Aku berusaha keras untuk mengikuti SBMPTN ini. Harapanku tentu saja lolos dengan jalur ini karena ingin meringankan beban kedua orang tuaku. Aku belajar sangat keras untuk menghadapi ujian ini. Aku bahkan mengikuti kursus untuk mempersiapkan semuanya.

Namun, takdir berkata lain. Aku gagal dalam seleksi SBMPTN ini. Mendengar ada seleksi di Politeknik Negeri Semarang, aku ingin mencobanya. Kali ini aku pasrah. Aku mendaftar untuk program studi Manajemen Pemasaran. Tujuanku kali ini benar-benar mengesampingkan ego, dimanapun tempatku mencari ilmu, bila aku bersungguh-sungguh maka ilmu itu akan bermanfaat.

Kali ini Dewi Fortuna berpihak kepadaku. Penantian panjangku akhirnya tiba. Aku diterima pada Program Studi D3 Manajemen Pemasaran. Aku menjalani hariku dengan semangat menggebu-gebu. Di sinilah aku menemukan pujaan hati wkwk.

Satu semester berlalu. Ternyata materi yang aku terima disini tidak sesuai ekspektasiku. Aku yang berasal dari SMA jurusan IPA, lalu mengikuti perkuliahan yang berbasis IPS membuatku tidak bisa berhenti memutar otak setiap harinya. Lama kelamaan beban itu memberikan efek pada fisik tubuhku. Aku menjadi lemah, sering masuk rumah sakit dan membutuhkan pemulihan yang tidak singkat.

Singkat cerita, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari Polines. Melepaskan beban ini tidaklah mudah. Banyak pihak yang menyayangkan keputusanku ini. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka hanya mampu mengucapkan, tapi aku yang merasakan. Keputusanku sudah bulat untuk mengundurkan diri dari Polines.

Ayahku yang bekerja di salah satu perusahaan swasta menawarkan posisi pekerjaan untukku. Namun aku belum sepenuhnya pulih. Aku masih harus fokus untuk melanjutkan perkuliahanku.

Tak terasa aku gap year selama satu tahun. Sudah hilang ilmu yang kupunya. Dalam setahun itu alhamdulillah aku mampu menyisihkan sedikit uang saku yang kudapat dari usaha online untuk mendaftar kuliah lagi dengan bantuan finansial dari kedua orang tuaku. Sebenarnya, keinginan untuk masuk universitas swasta sudah terbesit semenjak akhir masa di Polines.

Aku memantapkan diri untuk mendaftar Universitas Dian Nuswantoro pada program studi S1 Ilmu Komunikasi. Aku tahu tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk mendaftar di perguruan tinggi swasta ini. Aku ingat sekali saat itu mendaftar melalui jalur seleksi mandiri dimana aku mendapatkan kewajiban membayar uang sumbangan tanpa mendapatkan diskon apapun.

Berkat doa orang tuaku, akhirnya aku mampu “menemukan” hal yang selama ini kucari, yaitu ketenangan. Aku senang sekali berkuliah di Udinus dikarenakan materi yang aku dapatkan bisa diterima dengan baik. Selain itu, aku mendapatkan teman baru disini.

0 komentar:

Posting Komentar