Suatu waktu di tahun 2017. Aku lulus
dari sekolah menengah atas kebanggaanku. Ada beberapa temanku yang
sudah bahagia diterima di sekolah kedinasan, universitas negeri di luar dan
dalam kota dan ada lagi temanku yang merajut masa depannya pada universitas
swasta. Ada juga yang memutuskan untuk bekerja sambil kuliah malam untuk
memenuhi biayanya sendiri. Hebat.
Aku sendiri masih bingung ingin
melanjutkan kuliah dimana. Orang tua menyerahkan semuanya padaku. Mereka tidak
memiliki ambisi kemanakah anaknya harus menimba ilmu. Beragam cara aku lakukan
untuk menempati kursi di di perguruan tinggi negeri. Meski aku tidak lolos
jalur SNMPTN, aku mencoba peruntungan melalui SBMPTN. Saat itu aku mengambil
SBMPTN Ilmu Pengetahuan Campuran. Dimana aku mendaftar Program Studi Matematika
murni dan Sastra Inggris di Universitas Negeri Semarang.
Aku berusaha keras untuk mengikuti
SBMPTN ini. Harapanku tentu saja lolos dengan jalur ini karena ingin
meringankan beban kedua orang tuaku. Aku belajar sangat keras untuk menghadapi
ujian ini. Aku bahkan mengikuti kursus untuk mempersiapkan semuanya.
Namun, takdir berkata lain. Aku gagal
dalam seleksi SBMPTN ini. Mendengar ada seleksi di Politeknik Negeri Semarang,
aku ingin mencobanya. Kali ini aku pasrah. Aku mendaftar untuk program studi
Manajemen Pemasaran. Tujuanku kali ini benar-benar mengesampingkan ego, dimanapun
tempatku mencari ilmu, bila aku bersungguh-sungguh maka ilmu itu akan
bermanfaat.
Kali ini Dewi Fortuna berpihak kepadaku.
Penantian panjangku akhirnya tiba. Aku diterima pada Program Studi D3 Manajemen
Pemasaran. Aku menjalani hariku dengan semangat menggebu-gebu. Di sinilah aku
menemukan pujaan hati wkwk.
Satu semester berlalu. Ternyata materi
yang aku terima disini tidak sesuai ekspektasiku. Aku yang berasal dari SMA
jurusan IPA, lalu mengikuti perkuliahan yang berbasis IPS membuatku tidak bisa
berhenti memutar otak setiap harinya. Lama kelamaan beban itu memberikan efek
pada fisik tubuhku. Aku menjadi lemah, sering masuk rumah sakit dan membutuhkan
pemulihan yang tidak singkat.
Singkat cerita, aku memutuskan untuk
mengundurkan diri dari Polines. Melepaskan beban ini tidaklah mudah. Banyak pihak
yang menyayangkan keputusanku ini. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka hanya mampu
mengucapkan, tapi aku yang merasakan. Keputusanku sudah bulat untuk
mengundurkan diri dari Polines.
Ayahku yang bekerja di salah satu
perusahaan swasta menawarkan posisi pekerjaan untukku. Namun aku belum
sepenuhnya pulih. Aku masih harus fokus untuk melanjutkan perkuliahanku.
Tak terasa aku gap year selama satu
tahun. Sudah hilang ilmu yang kupunya. Dalam setahun itu alhamdulillah aku
mampu menyisihkan sedikit uang saku yang kudapat dari usaha online untuk
mendaftar kuliah lagi dengan bantuan finansial dari kedua orang tuaku. Sebenarnya,
keinginan untuk masuk universitas swasta sudah terbesit semenjak akhir masa di
Polines.
Aku memantapkan diri untuk mendaftar
Universitas Dian Nuswantoro pada program studi S1 Ilmu Komunikasi. Aku tahu
tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk mendaftar di perguruan tinggi
swasta ini. Aku ingat sekali saat itu mendaftar melalui jalur seleksi mandiri
dimana aku mendapatkan kewajiban membayar uang sumbangan tanpa mendapatkan
diskon apapun.
Berkat doa orang tuaku, akhirnya aku
mampu “menemukan” hal yang selama ini kucari, yaitu ketenangan. Aku senang
sekali berkuliah di Udinus dikarenakan materi yang aku dapatkan bisa diterima
dengan baik. Selain itu, aku mendapatkan teman baru disini.
0 komentar:
Posting Komentar